Rebound: Pengertian, Penyebab, dan Contoh Sejarah

Apa Itu Rebound dalam Keuangan?

Dalam keuangan dan ekonomi, rebound mengacu pada pemulihan dari periode aktivitas negatif atau kerugian sebelumnya—seperti perusahaan yang mencatat hasil kuat setelah setahun mengalami kerugian atau memperkenalkan lini produk sukses setelah beberapa kali gagal.

Dalam konteks saham atau sekuritas lainnya, rebound berarti harga telah naik dari tingkat yang lebih rendah.

Untuk ekonomi secara umum, rebound berarti aktivitas ekonomi meningkat dari tingkat yang lebih rendah, seperti pemulihan setelah resesi.

Memahami Rebound

Rebound adalah bagian alami dari siklus bisnis, yaitu fase ekspansi dan kontraksi yang terjadi secara alami dalam ekonomi. Resesi ekonomi dan penurunan pasar adalah bagian yang tak terhindarkan dari siklus bisnis. Resesi ekonomi terjadi secara periodik ketika bisnis tumbuh terlalu cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.

Demikian pula, penurunan pasar saham terjadi ketika saham menjadi overvalued dibandingkan dengan laju ekspansi ekonomi. Harga komoditas, seperti minyak, menurun ketika pasokan melebihi permintaan. Dalam beberapa kasus ekstrem, seperti gelembung perumahan, harga dapat menurun ketika nilai aset menjadi terlalu tinggi karena spekulasi. Namun, dalam setiap kasus, penurunan diikuti oleh rebound.

Ekonomi juga ditandai oleh periode pemulihan dari periode aktivitas lambat atau penurunan produk domestik bruto (PDB). Resesi didefinisikan oleh ekonom sebagai dua kuartal berturut-turut tanpa pertumbuhan ekonomi.

Resesi adalah bagian dari siklus bisnis, yang terdiri dari ekspansi, puncak, resesi, palung, dan pemulihan. Rebound dari resesi terjadi pada tahap pemulihan, ketika aktivitas ekonomi mulai meningkat dan pertumbuhan PDB kembali positif. Rebound ekonomi mungkin didukung oleh stimulus moneter dan/atau fiskal yang diberlakukan oleh pembuat kebijakan.

Perbedaan Dead Cat Bounce vs. Pembalikan Tren

Rebound dapat menandakan pembalikan tren yang berlaku dari bearish menjadi bullish. Namun, rebound juga bisa menjadi dead cat bounce, atau reli palsu, yang berlanjut ke penurunan yang lebih tajam.

Dead cat bounce adalah pola lanjutan, di mana pada awalnya terjadi rebound kuat yang tampaknya menjadi pembalikan tren sekuler, tetapi segera diikuti oleh kelanjutan penurunan harga. Ini menjadi dead cat bounce (dan bukan pembalikan) setelah harga turun di bawah posisi terendah sebelumnya.

Seringkali, tren turun terganggu oleh periode pemulihan singkat atau reli kecil, ketika harga sementara rebound. Ini bisa terjadi karena trader atau investor menutup posisi short atau membeli dengan asumsi bahwa sekuritas telah mencapai titik terendah.

Contoh Sejarah Rebound

Harga pasar saham sering rebound setelah penurunan tajam ketika investor mencari untuk membeli saham dengan harga murah dan sinyal teknis menunjukkan bahwa pergerakan tersebut telah berlebihan. Di bawah ini, kami soroti beberapa contoh rebound pasar saham yang telah terjadi.

Penurunan tajam pasar saham yang mengguncang pasar pada pertengahan Agustus 2019 membuat investor terkejut, dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 800 poin, atau 3%, pada 14 Agustus 2019, dalam hari trading terburuk tahun itu. Namun, indeks blue-chip ini sedikit rebound pada sesi berikutnya, mendapatkan hampir 100 poin kembali setelah angka penjualan ritel Juli yang kuat dan hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan dari Walmart Inc. (WMT) membantu meredakan ketakutan investor.

Demikian pula, saham anjlok di seluruh papan pada Malam Natal 2018, dalam sesi singkat, dengan ketakutan ekonomi menyebabkan indeks mencatat kerugian terburuk sebelum Hari Natal dalam banyak tahun—dalam kasus Dow, terburuk dalam sejarah 122 tahun. Namun pada hari trading pertama setelah Natal, pada 26 Desember 2018, Dow Jones Industrial Average, S&P 500, Nasdaq Composite, dan Russell 2000 semua naik setidaknya 5%. Kenaikan Dow sebesar 1.086 poin selama sesi tersebut adalah kenaikan satu hari terbesar.

Apa Penyebab Pasar Rebound?

Pasar dapat rebound karena beberapa alasan. Penurunan tajam dapat menghasilkan kondisi oversold, di mana fundamental mendukung harga yang lebih tinggi. Ini dapat membuat investor melihat secara objektif untuk membeli daripada menjual dengan ketakutan. Permintaan untuk saham juga dapat meningkat ketika ekonomi pulih dari resesi. Permintaan agregat yang meningkat dan pertumbuhan bisnis menunjuk pada keuntungan yang lebih tinggi dan harga saham yang lebih tinggi.

Dalam jangka pendek, rebound dapat disebabkan oleh faktor teknis, tetapi ini cenderung bersifat sementara. Misalnya, dead cat bounce dapat terjadi karena penutupan posisi short atau trader teknis yang salah mengira bahwa titik terendah telah tercapai. Pada akhirnya, dead cat bounce tidak didasarkan pada fundamental, sehingga pasar terus menurun segera setelahnya.

Berapa Lama Biasanya Ekonomi Rebound dari Resesi?

Rata-rata lama resesi di Amerika Serikat sejak Perang Dunia II adalah sekitar 11 bulan. Resesi Hebat adalah yang terpanjang selama periode ini, mencapai 18 bulan.

Berapa Lama Biasanya Pasar Bear Rebound?

Rata-rata lama pasar bear adalah sekitar 9½ bulan, dan mereka terjadi, rata-rata, sekitar empat tahun delapan bulan terpisah satu sama lain.

Perlu dicatat bahwa pasar bear tidak selalu bertepatan dengan resesi ekonomi.

Kesimpulan

Ada pepatah lama, “Apa yang naik, harus turun.” Tetapi ketika datang ke urusan ekonomi dan keuangan, sering kali apa yang turun pada akhirnya akan rebound dan naik kembali.

Pasar bear selalu rebound menjadi pasar bull, dan resesi akhirnya rebound ke ekspansi dan pertumbuhan. Namun, investor harus menyadari bahwa tidak semua rebound bertahan lama. Dead cat bounce atau sucker’s rally, misalnya, dapat memikat investor untuk membeli karena alasan teknis atau momentum sementara fundamental tidak mendukung pembalikan tren yang sebenarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *